Minggu, 06 September 2009

Meredakan Badai Tantrum

si kecil pun bisa menciptakan badai, badai tantrum namanya. yaitu perilaku si kecil yang tiba-tiba menunjukan kerewelannya dengan mengamuk,menangis keras,memukul,menendang dan menjerit hanya karena keinginannya tidak dimengerti atau tidak dituruti. meski dirasa sebagai ledakan dahsyat yang tak terkendali serta susah dipahami tapi hal itu wajar dan merupakan proses perkembangan yang normal si anak.bahkan para ahli psikologi anak justru mengkhawatirkan kalau ada anak yang tak pernah mengalaminya.

yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah mengendalikan tantrum tersebut supaya mengarah kepada hal yang lebih sehat misalnya menjadikan anak mampu menyatakan keinginnannya secara mandiri,menyuarakan pendapat,melepas energi emosi yang tertahan dibawah pengawasan kita serta dapat menjadi sinyal bagi kita saat anak mengalami kelelahan,rasa sakit yang tak terungkap dengan kata-kata.
penyebabnya secara umum karena anak merasa lapar,lelah,cemburu,belum dapat mengatakan dengan kalimat,belum dapat mengkoordinasikanantara tubuh dan pikiran atau karena perubahan rutinitas dan suasana dan mungkin juga sebab tertekan.

1. intinya saat badai tantrum terjadi lakukan tips dibawah ini :
pastikan anak dalam keadaan aman saat tantrum terjadi. anak memang sedang butuh perhatian namun jangan sampai melakukan hal-hal menyakiti diri sendiri . pindahkan anak jika tantrum terjadi di tempat ibadah atau umum lainnya biar keributannya tak menjadi perhatian orang.

2. pastikan kita tetap tenang
biarkan anak melancarkan serangan badainya sampai dia dapat menenangkan dirinya sendiri. jangan terpancing untuk ikut emosi, kendalikan diri kita dengan menarik nafas dalam-dalam sambil mengucap ta'awudz untuk meredakannya dan menjauhlah sebentar dari hadapan anak , jangan lakukan apapun termasuk menasihatinya apalagi malah menghukum ataupun menyakiti anak.

3. biarkan saja
selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi. usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama tantrum-nya dan meningkat intensitasnya. yang terbaik adalah membiarkannya. tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

4. kembalikan kontrol diri anak
peluklah anak sambil menyerap serta merasakan apa yang dirasakan anak hingga emosi mereda. katakan dengan lembut bahwa semua akan baik-baik saja insya allah anak akan luluhdan lebih tenang. namun jika justru kita yang tak dapat mengendalikan emosi melihat anak bertingkah seperti itu, maka hindarilah kontak fisik karena dikhawatirkan justru terpicu menyakiti anak.dampingilah supaya anak menyadari bahwa kita tak akan meninggalkannya dalam kesulitan anak

5. maafkanlah serta lupakan
saat sudah sedikit mereda,biarkan dia tenang dan kita perlu bersikap luwes dan kreatif untuk membantu anak memandang situasi ini dengan kesabaran.kelembutan dukungan dan cinta.

sumber : screts to calming the storm

Ayo nak, minta maaf

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan anak sesuai dengan kadar kesalahan dan kondisi seorang anak-anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan seorang anak tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan atau kesalahannya, dan sisi lain beliau menghukum juga dengan tidak berlebihan. Termasuk dalam menegur adalah mengingatkan seorang anak bila terjadi pertengkaran dengan teman lainnya (yang ini memang biasa terjadi pada anak-anak) untuk berani minta maaf. Minta maaf adalah sebuah wujud tanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuatnya. Dan dalam mengajarkan ini, orang tua harus dapat bersikap adil sehingga seorang anak tidak merasa terpojokkan dan mentalnya jatuh. Salah satu caranya adalah dengan mendorong kedua belah pihak untuk saling memaafkan sambil diingatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ما زاد الله عبدا يعفو إلاّ عزّا و ما تواضع أحد لله إلاّ رفعه الله

“Allah tidak menambah seorang hamba yang mau memaafkan kecuali kemuliaan dan tidaklah seseorang itu bersikap rendah diri kepada Allah kecuali Allah pasti akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Biasakanlah mengucapkan kata “maaf” ketika akan meminta, melarang, atau membenarkan dan jangan menggurui. Misal “ maaf anak sholih, bisa mainannya dibawa masuk?” “maaf, sebelum makan cuci tangan dulu ya” dengan sering mendengar kata maaf, anak akan akrab dan tidak berat mengucapkannya